Revolusi Industri sudah bukan menjadi hal asing bagi
kita. Yang pertama terjadi pada akhir
abad ke-18 ditandai dengan ditemukannya alat tenun mekanis pertama tahun 1784.
Lalu, revolusi industri 2.0 terjadi abad ke-20. Kala itu ada pengenakan
produksi massal berdasarkan pembagian kerja. Pada awal tahun 1970 memasuki
industri 3.0. Dimulai penggunaan elektronik dan teknologi informasi untuk
produksi. Ini mengakibatkan mesin industri tidak lagi manusia yang
mengoperasikannya. Yang terakhir, revolusi 4.0 yang sedang eksis sekarang. Selamat
datang di era semakin canggihnya peralatan dan sistem komunikasi informasi.
Revolusi
4.0 merupakan penyempurnaan revolusi yang sudah ada sebelumnya. Revolusi ini
berdampak pada kecanggihan teknologi karena mulai adanya internet. Pada
revolusi ini peran internet sangat kuat sehingga banyak manusia yang
menggunakan untuk kepentingannya. Banyak manusia yang memerlukan internet untuk
menunjang aktivitas sehari-hari bahkan media untuk mencari uang. Seiring dengan
perkembangan dunia teknologi, lambat laun kecanggihan teknologi memberi dampak
negatif bagi para generasi muda.
Menerima
globalisasi merupakan langkah bijak kita
hidup di era revolusi 4.0. Namun sikap kita dalam menghadapi perkembangan era
tersebut adalah dengan memulai mencintai budaya literasi yang mulai hilang.
Menjadi generasi muda sekaligus mahasiswa calon pendidik membuat kita harus
memulai terlebih dahulu budaya lterasi. Agar kita dapat mewujudkan generasi
muda yang mempunyai daya pikir inovatif, cerdas, dan berwawasan luas.
Harapannya adalah kita dapat mengajak semua elemen masyarakat untuk
membangkitkan daya minat membaca di masyarakat. Karena literasi itu penting
dilakukan seluruh elemen masyarakat Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar